22 Apr 2011

Menjadi Hamba Allah

Menjadi hamba Allah adalah keharusan. Karena menjadi ibadurahman adalah berarti melaksanakan peran dan tujuan penciptaaan . “tidak lah manusia diciptakan illa liya’budun…(Adzariyat:56)” . Maka, menjadi hamba Allah adalah peran utama kita di dunia ini.

Dalam rangka menjadi hamba, semua aktivitas kita seharusnya adalah dalam rangka beribadah kepadaNya. Marilah kata ‘semua aktivitas’ ini, mulai sekarang kita garis bawahi dengan font lebih besar. Artinya, jika ada aktiitas yang keluar dari nilai ibadah, sungguh itu adalah suatu kelalaian. Apapun bentuk kelalaian ini, jangankan yang makruh dan haram, yang halal dan mubah pun akan menjadi penyesalan kita nanti di akhirat.

Bagaimana mungkin menjadikan semua aktivitas menjadi ibadah? Jawabannya adalah Innama a’malu binniat. Maka setiap kualitas dari aktivitas kita adalah tergantung niat kita. Dari sini lah sumber sekaligus muara setiap aktivitas kita apakah akan menjadi ibadah atau tidak dihadapan Allah.

Marilah kita ambil penggambaran yang paling sederhana sekaligus paling ekstrim. Kalau kita makan, minum, tidur, atau bekerja hanya untuk sekedar makan, sekedar minum, dan sekedar sekedar yang lain, maka seperti itulah kualitas aktifitas kita dihadapan Alloh. Hal hal tersebut adalah aktivitas yang halal dan mubah, yang tidak ada dosanya, tapi, semua itu pun akan menjadi penyesalan besar di hari kiamat nanti. Seperti dalam sebuah hadits yang menceritakan bahwa setiap penduduk surga akan menyesali waktu waktu yang mereka lalaikan, yang tidak mereka gunakan untuk mengingat Allah, ketika mereka baru tahu betapa besarnya pahala dan balasan dalam sekali mengingat Allah SWT.

Penggambaran di atas adalah hal hal yang kita anggap kecil. Bagaimana dengan hal hal yang jelas jelas masalah besar. Mengerjakan sholat dengan riya’, enggan menunaikan haji atau menunda nundanya padahal sudah mampu, dholim kepada orang lain, berzina dan lainnya. Semua itu tidak selaras dengan pengakuan kita bahwa kita adalah hamba Allah. Apa tidak malu mengaku hamba tapi masih seperti ini perbuatannya? Di akherat nanti, para pelakunya pasti akan sangat menyesal, saat mereka menyadari batapa berat dan dahsyat nya balasan atas semua itu.

Saya sengaja tidak menyebutkan kesyirikan sebagai contoh kelalaian. Karena syirik adalah dosa sedosa dosanya. Kejahatan yang sangat jahat, bahkan sejahat jahatnya. Bagaimana tidak? Seorang manusia yang sempurna diciptakan oleh Allah dengan rahman dan rohimNya, di jatah Allah rizkinya bahkan dengan kasih sayang dan cintaNya pula, Allah beri ia mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan hati untuk berfikir, semuanya Allah beri dengan segala sifat rahman dan rahimNya. Kemudian ia malah menyembah yang lain. Ia malah bersyukur pada dewa, pada syetan, pada harta,..kata kata apakah yang lebih pantas untuk orang yang bodoh seperti ini?. Orang jahat? Bahkan ia lebih jahat dari orang jahat, bahkan kejahatan yang sangat jahat, sejahat jahatnya.

Itulah contoh contoh penggambaran yang saya berikan untuk menampakkan pentingnya niat ibadah dalam hal hal yang sederhana sekalipun. Apalagi dalam urusan lain yang lebih besar. Intinya, untuk menjadikan diri sebagai hamba, kita harus menjadikan perbuatan kita sebagai bentuk penghambaan atau ibadah. Sedangkan menjadikan aktivitas sebagai ibadah adalah seni menata hati, yaitu menata niat dalam hati kita. Jika ibadah sudah menjadi aktivitas keseharian, maka jalan hidup itulah yang benar, karena memang untuk itulah kita sebenarnya ada di dunia ini.

Kalau kita lihat dan renungi Al Quran, kita akan dapati bahwa derajat tertinggi seorang manusia adalah menjadi hamba Allah. Sebagaimana Allah menggelari nabi Muhammad dengan sebutan hambaNya
“maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya….”(Al Isro : 1)
“maha suci Allah yang menurunkan kitab kepada hambaNya..” (Al Kahfi : 1)
Betapa Allah memakai sebutan yang penuh kedekatan, penuh penghormatan, penuh kasih sayang.

Sedekat apakah kita saat ini dengan Allah? Apakah kita layak di sebut hamba Allah saat ini??.

Saudaraku, artikel ini sebenarnya lebih saya tujukan kepada diri saya sendiri. Masih banyak hal yang harus saya perbaiki, bahkan banyak hal yang harus saya ditinggalkan. Saya berharap, semoga nasehat untuk diri sendiri ini juga bermanfaat untuk kalian.

Meski mungkin kita belum mampu menjadikan semua aktivitas kita adalah ibadah, setidaknya kita tidak pernah menjadikan satupun aktivitas kita kemaksiatan dan dosa dihadapan Allah. Mulai saat ini, kita harus tetap berusaha memperbaiki diri, berusaha mengamalkan sifat ibadurahman yang Allah jelaskan Al Quran surat Al Furqon ayat 63-76.

Semoga kita tidak termasuk golongan orang orang yang rugi dan menyesal, dan dimasukkan dalam golongan yang ditinggikan derajatnya di surga. Amiin.

Allahumma na’udzubika minal hammi wal hazn…Ya Allah, kami berlindung kepadaMu, dari sifat malas dan rendahnya cita cita...

Barakallahufikum.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Referensi Untuk Check Ayat Al-Quran