12 Apr 2010

Ber-Aqidah Lebih Komprehensif

Artikel ini lahir atas sebuah kritik nasihat yang menyadarkanku saat mengikuti acara KANTIN (Kajian Rutin) di tempat kerja saya, IKPT. Ustadz Budi Azhari, Lc. saat itu mengupas tema aqidah islam. Kurang lebih saat itu beliau berkata, ”kita selama ini mempelajari aqidah agama kita sendiri tidak pernah detail, orang yang paham dengan detail iman pada hari kiamat pasti yakin se-penuh keyakinan 2012 tidak mungkin kiamat”. Kata-kata beliau ini berlatar belakang munculnya film 2012 yang dianggap kontraversial itu.Yang saya garis bawahi di sini adalah pada kalimat pertamanya ; betapa kita tidak pernah detail mempelajari aqidah agama kita sendiri.


Saya berfikir, benar juga, sejak SD kita mempelajari rincian rukun iman yang 6, yaitu iman pada Alloh, kitab, malaikat dst. Sampai kita lulus kuliah, pemahaman aqidah kita hanyalah sedalam rincian; nama kitab, nama malaikat, nama alloh, atau pada bagian yang sangat pokok saja. Kita jarang mempelajari aqidah dengan detail, padahal aqidah adalah pokok dari agama kita, Islam. Kita selalu mencukupkan diri hanya tahu bahwa Alloh adalah satu satunya Tuhan yang berhak kita sembah, aqidah ada tiga macam yaitu rububiah, uluhiyah, asma wa sifat - atau lebih parahnya hanya menjadi hafalan saja -, nama malaikat ada sepuluh, kitab ada empat, Alloh punya 99 nama nama indah dan seterusnya. Sampai sekarang masih seperti itukah cara kita ber-Islam, beriman, beraqidah? Padahal aqidah adalah pokok dan pondasi yang sangat penting dalam agama kita.


13 tahun di awal dakwah, Rosululloh SAW memfokuskan penanaman aqidah. 114 surat dalam Alqur’an, sebagian besarnya berisi penanaman aqidah. Ganjaran amal sholih hanya diperuntukkan bagi yang beraqidah benar, dengan kata lain kebaikan yang banyak, yang bertumpuk dan bergunung gunung sekalipun akan hilang lenyap tak bermakna bagi orang orang yang salah aqidahnya. Seperti Itulah gambaran pentingnya aqidah dalam islam.
Jika sebegitu pentingnya, lalu mengapa-kah kita masih saja menempatkan aqidah ini dalam prioritas “ke-sekian” dalam hidup kita?


Saya hanya mengingatkan dan mengajak, marilah kita pelajari aqidah islam dengan lebih komprehensif. Misalnya, dalam mengimani Alloh, marilah kita kenali Alloh dengan baik, kita pahami dengan detail nama dan sifatnya, maksud dari sifat itu, tafsir dari nama nama itu, sehingga akan menumbuhkan cinta sekaligus takut atas keagungan nama dan sifat itu.Dalam kehidupan sehari hari, misalnya saat kita makan, mari kita ingat Alloh, Dia yang Maha Pemberi, hanya Dia yang memberikan rizki. Saat kita sakit, mari kita ingat Alloh, Dia yang Maha Pengasih, hanya Dia yang menyembuhkan, dan seterusnya.


Selain itu, saya ingin menekankan bahwa beraqidah bukanlah dengan cara menghafal ilmu aqidah.Ironis sekali rasanya, saat saya dulu melihat guru guru TPA mengajarkan pelajaran aqidah kepada santri santrinya. Di sekolah sekolah formal sepertinya tak jauh beda. Aqidah tidak bisa ditanamkan dengan menyuruh santri atau siswa menulis dan menghafal kemudian memberikan test tulis kepada mereka.

Pembagian dan perincian sebenarnya hanya untuk memperjelas, sehingga menampakkan yang samar. Jadi ‘hapal’ bukan menjadi substansi beraqidah itu sendiri.Sudah kita ketahui bersama bahwa aqidah tauhid dibagi dalam bab rububiyah,uluhiyah,dan asma wa sifat. Demikianlah tauhid itu terbagi dalam bab bab tersebut untuk mempermudah dan mejelaskan tauhid lebih jelas. Selama isi perincian itu sesuai dengan Al qur’an dan Hadits, tidak ada masalah di dalamnya.


Yang sudah jelas seharusnya tidak perlu dirinci lebih banyak lagi, karena ini hanya akan menambah pusing orang yang awam. Umat akan lebih sibuk membahas, ulama akan sibuk dimintai fatwa. Sebaliknya, apa yang sudah terlanjur dirinci dan rinciannya tersebut tidak keluar dari aqidah yang benar, tidak seharusnya ini menjadi sumber perpecahan dan hilangnya ukhuwah sesama muslim. Seperti adanya istilah tauhid mulkiyah yang baru kita kenal di jaman ini. Tidak seharusnya umat berpecah hanya karena masalah perincian dan pendefinisian istilah tauhid yang baru ini. Padahal, toh Rosululloh tidak pernah menanamkan tauhid dengan membaginya menjadi ini dan itu dan supaya dihafalkan sahabat. Rosullulloh menanamkan aqidah dengan sangat komprehensif, bahkan di setiap sisi kehidupan beliau, di setiap kesempatan, semua nasehat, teguran hampir tersambung ke penanaman aqidah. Begitulah, aqidahlah yang terpenting dalam agama kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Referensi Untuk Check Ayat Al-Quran